pada adegan pertama, kita dibawa ke California yang memiliki Hollywood, Disneyland, dan pantai yang dipenuhi orang-orang bule sedang berjemur pada musim panas. Sementara itu, di tengah-tengah laut, seorang pria asyik meliuk-liuk ke sana ke mari menaiki ombak dengan papan surfingnya. Pria ini bernama Kim Tan (Lee Min Ho).
Kim Tan tak sendirian bermain selancar. Dia begitu menikmati waktu bersama teman-teman – salah seorang di antaranya bernama Jay. Jay segera mencium teman wanitanya. Sedangkan, Kim Tan memberi pelukan hangat. Besar kemungkinan Kim Tan tetap menikmati kehidupannya, namun tak ingin larut dengan cara yang begitu bodoh.
Hatinya berucap menegaskan hal tersebut, “Pada hari kepergianku belajar ke luar negeri, kakak mengucapkan salam perpisahan padaku dengan sederhana, singkat dan jujur.”
Kim Tan masih ingat dengan jelas kejadian di hari itu. Ketika sang kakak, Kim Won (Choi Jin Hyuk), mengatakan padanya supaya tak perlu belajar dengan giat. Apabila Kim Tan tak fasih berbahasa Inggris, Kim Tan tak usah mempelajarinya. “Hiduplah sesukamu, tanpa merasa khawatir ataupun perlu berpikir. Itulah yang biasa dilakukan oleh anak-anak keluarga kaya, tak usah punya mimpi. Dan kalau bisa, jangan pernah kembali.”
“Pada saat itu, aku menyadari kalau kepergiannya ke Amerika bukanlah untuk belajar, namun karena diasingkan. Kakak sudah lebih dulu mengambil kembali apa yang akan kuambil di masa yang akan datang.”
Kim Tan memandang keluar restoran dengan tatapan bosan. Seorang pelayan datang ke meja mereka untuk menawarkan refill kopi dalam bahasa Korea. Jay menanyakan apa Kim Tan tidak menyalahkan kakaknya yang membenci dirinya, ibunya yang telah melahirkannya, atau ayah yang tak pernah mau berpihak padanya?
Di dalam benak, Kim Tan menjawab, “Aku terlalu malas untuk menyalahkan seseorang.”
Choi Young Do (Kim Woo Bin) melakukan latihan lemparan baseball-nya ditemani dua anteknya. Dan tembok dekat taman sekolah yang jadi targetnya dengan seorang temannya berdiri mematung di sana dengan ketakutan. Young Do bertanya. “Hai teman, apa rencanamu untuk liburan nanti? Kalau aku tak bertemu denganmu, aku akan merindukanmu. Iya kan?”
Dua antek Young Do tertawa demi melihat sasarannya gemetaran, walau tubuhnya sengaja tidak dikenai lemparan. Young Do bertanya kembali, “Kenapa? Apakah kau benar-benar tak rindu padaku? Kau benar-benar tak berperasaan, ya?” Kemudian, Young Do melempar bola itu dengan keras. Bull eyes, bola itu mengenai tangan sasarannya, membuat si empunya tangan menjerit kesakitan.
Seolah tengah bersandiwara, Young Do tertawa-tawa sekaligus meminta maaf, “Kau tak terluka, kan?”
Seorang dari antek Young mengatakan jika lemparan Young Do mulai kacau. Karena itu, dia meminta Young Do untuk berhati-hati. Salah-salah, jika ada yang melihat kelakuan mereka, bisa disangka sedang membully orang.
Bukannya mundur, Young Do malah menyuruh anteknya itu bergantian berdiri di tembok menggantikan posisi anak itu. Antek Young Do yang lain coba menghentikan itu. Namun, urung dilakukan setelah Young Do mengancamnya juga.
Akhirnya, anteknya itu mengikuti apa yang dikatakan Young Do dan dengan percaya diri menyuruh Young Do untuk melemparkan bola ke arahnya. Young Do tersenyum dan berkata jika bukan dia yang akan melemparkan bola. Dia memberikan bola pada si anak itu dengan cara melempar. Kemudian mengatakan jika kini adalah gilirannya.
Anak itu merasa ragu-ragu juga takut. Young Do tertawa melihatnya, “Kau akan dipukuli jika kau melemparnya. Kau juga akan dipukuli jika kau tak melemparnya. Masalahmu adalah kau akan dipukuli oleh orang yang berkuasa atau orang yang sedikit berkuasa. Dan kenyataannya adalah, masalah dalam hidupmu akan terus seperti ini bahkan di masa yang akan datang.”
Anak itu menahan emosi mendengar ucapan Young Do. Namun, Young Do justru memprovokasinya, “Kenapa? Karena ketika kita dewasa, kami akan menjadi atasanmu. Cepat putuskan.”
Kedua teman Young Do terpingkal-pingkal dengan candaan tersebut – akhirnya memahami maksud Young Do. Anak itu gemetaran. Frustasi tidak bisa menahan emosinya, dia akhirnya melemparkan bola itu ke cermin. Young Do tertawa, “Kau ini, walaupun miskin, tapi kau adalah tipe yang memiliki harga diri. Kalau begitu, jagalah terus badanmu itu karena kesehatanlah yang paling penting.”
Young Do pura-pura ngeri melihat hal tersebut, kemudian mengemasi barang-barangnya, “Uhh.. Aku benar-benar takut, sepertinya aku harus melarikan diri sekarang. Sampai bertemu di semester depan dan selamat berlibur!”
Young Do pergi meninggalkan ruangan itu, di belakangnya anak itu dipukuli kedua temannya.
Young Do mengambil pesanan motor barunya. Si pemilik toko membanggakan onderdil-onderdil yang ia pesan dari luar negeri. Tanpa memandang sedikitpun pada si pemilik toko, Young Do bertanya, “Apa kau menyombongkan dengan menggunakan uangku?”
Seorang gadis, Cha Eun Sang (Park Shin Hye) masuk toko untuk mengantarkan pesanan ayam goreng seharga 16.100 won. Salah seorang teknisi menggoda Eun Sang, mengapa harus ada lebih 100 won, apakah Eun Sang akan membeli permen dengan 100 won itu?
Eun Sang tidak menjawab pertanyaan guyonan itu. Dia malah meminta supaya mereka segera membayar. Pria itu menyuruh Eun Sang tidak perlu jual mahal. Bahkan, dia menawarkan diri untuk menjemput Eun Sang selepas kerja.
Eun Sang menghela napas, kemudian mengeluarkan handphonenya. Dia berkata di telepon, “Halo, saya adalah murid SMA yang sedang bekerja paruh waktu…”
Para pria kesepian itu langsung panik begitu tahu Eun Sang menelepon polisi. Mereka langsung merebut handphone Eun Sang, lalu mengatakan bahwa mereka hanya bercanda. Mereka segera membayar Eun Sang. Eun Sang pun pergi.
Young Do memperhatikan Eun Sang, ketika gadis itu melewatinya begitu.
Rupanya di samping bekerja sebagai tukang delivery service ayam goreng, Eun Sang juga part time di kedai kopi. Dia sangat melayani pelanggannya, sampai-sampai tak menyadari jika Yoon Chan Young (Kang Min Hyuk) telah duduk di salah satu meja selama 30 menit dan tekun belajar.
Eun Sang kesal karena Chan Young telah duduk begitu saja tanpa memesan apapun. Jika tahu bos-nya pasti akan memarahinya. Chan Young tertawa dan berkata jika Bo Na belumlah datang. Eun Sang malah meneruskan omelannya ketika mendengar nama pacar Chan Young disebut, “Benar-benar.. Dari sekian banyak kedai kopi di Seoul, kenapa juga…”
Omelan Eun Sang berhenti karena Chan Young mengulurkan payung padanya. Payung itu ia pinjamkan pada Eun Sang karena hujan akan turun di perjalanan Eun Sang ke pekerjaan paruh waktu berikutnya.
Payung itu membuat amarah Eun Sang lumer. Dia duduk dan tersenyum menerima payung itu, “Kalau kau berikan padaku, lalu bagaimana dengan pacarmu?”
Chan Young tersenyum dan sambil menutupkan jaket ke atas kepalanya, ia berkata kalau Bo Na adalah salah satu tokoh dalam film. *Maksudnya, Bo Na suka dengan tindakan romantis seperti dalam film-film, dan ia akan menggunakan jaketnya untuk memayungi mereka berdua.*
Eun Sang cemberut. Chan Young menyuruh Eun Sang supaya lekas-lekas mencari pacar. Namun, dalam bayangan Eun Sang, pacaran itu mahal, “Apa kau pikir aku punya waktu untuk punya pacar?”
Chan Young menghela napas, menandakan kekhawatirannya. Dia lantas bertanya, sebenarnya berapa banyak pekerjaan Eun Sang saat ini? Eun Sang mengatakan jika cuma pekerjaan part time di surga yang belum pernah ia lakukan.
Chan Young terus memandangi Eun Sang dengan tatapan khawatir. Tiba-tiba saja terdengar suara, “Yoon Chan Young, turunkan pandangan matamu!”
Eun Sang menghela napas kesal melihat kedatangan Lee Bo Na (Krystal Jung). Sepertinya kedua gadis itu sama-sama saling tak menyukai satu sama lain. Bo Na langsung saja duduk di samping Chan Young dan menegur Eun Sang, “Bukankah kamu sudah kularang agar tak menggoda pacarku?”
“Apa kau pikir aku secantik itu?”
“Aku nggak pernah menyebutmu cantik!” sergah Bo Na.
“Memang, tapi kau yang benar-benar cantik,” tukas Eun Sang bosan. “Jadi berhentilah membuang waktu si pekerja paruh waktu ini. Kalian mau memesan atau pergi dari sini?”
Bo Na menyindir jika pelayan di kedai kopi ini sungguh tidak sopan. Disindir seperti itu, Eun Sang menjawabnya sarkastik, “Astaga, aku ketahuan!”
Bo Na semakin jengkel, kemudian mengajak Chan Young segera pergi, “Kamu kan akan pergi besok. Jadi kamu akan buang-buang waktu kalau menghabiskan waktu dengannya.”
Eun Sang terheran-heran, lantaran dia baru mendengar jika Chan Young akan pergi. Chan Young tampak tidak mau memberitahu jika dia memang akan pergi. Bo Na cepat-cepat menutup mulut pacarnya supaya tidak buka suara lebih banyak lagi pada Eun Sang, “Hanya aku yang boleh tahu!”
Bo Na kemudian menarik Chan Young pergi. Namun, segera berhenti untuk memperhatikan penampilan Chan Young. “Tunggu. Bukannya sudah kukatakan kalau kamu harus pakai sesuatu yang warnanya merah karena warna itu sedang in tahun ini!”
Chan Young malah menunjukkan sepatunya, dan makin membuat Bo Na naik pitam. “Itu bukan merah! Itu merah marun! Kamu ini benar-benar tak berguna. Ayo pergi!”
Chan Young mengucapkan selamat tinggal pada Eun Sang. Tapi, Bo Na terus menariknya Na. Eun Sang melihat kepergian dua orang itu sambil menggerutu, “Dasar anak-anak orang kaya yang tak berguna.” Tapi, wajah jengkelnya melunak, saat melihat Chan Young mengusap-usap kepala Bo Na dengan penuh kasih sayang.
Di jalan, Bo Na mengungkapkan perasaannya, “Aku nggak suka Cha Eun Sang. Aku benar-benar membencinya. Sangat benci padanya. Benci sekali!”
“Jangan seperti itu,” jawab Chan Young kalem.
Bo Na segera membentak, “Aku semakin membencinya kalau kamu berkata seperti itu! Dia itu miskin tapi ia memandang rendah padaku. Ia bahkan tak minder padaku. Ia tahu semua tentang masa kecilmu, sedangkan aku tak tahu apa-apa. Cha Eun Sang benar-benar membuatku kesal!”
“Kalau kesal, kamu akan keriput, loh,” canda Chan Young.
Bo Na memandang pacarnya dengan marah. Chan Young pun menenangkan hati Bo Na dengan mengatakan jika dia dan Eun Sang cuma teman biasa. Tapi, Bo Na tetap mencurigainya, “Kamu ini bercanda, ya. Di dunia ini nggak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan!”
Bukan cuma Bo Na yang membenci Eun Sang, Eun Sang pun begitu. Segera setelah kepergian mereka, dia menelepon kakaknya untuk mengungkapkan ketidaksukaannya pada Bo Na yang sering berganti baju bermerek setiap hari, seolah-olah duitnya tinggal metik. Ia pun tak menyukai Bo Na, karena ke mana-mana selalu diantar mobil lengkap dengan sopirnya.
Eun Sang menanyakan kabar kakannya yang sedang bersekolah di Amerika, “Kamu beruntung, kak, bisa kuliah di Amerika. Aku merindukanmu.”
Rupanya, Eun Sang terhubung dengan rekaman di telepon, di sebuah rumah yang terdapat seorang gadis Korea yang sedang marah-marah karena sang pacar ketahuan menyeleweng. Gadis Korea itu adalah Kakak Eun Sang. Dia juga pelayan part time yang kerja di rumah makan tempat Kim Tan ngobrol sebelumnya. Namun, sang pacar bukannya insyaf justru menampar dan mengusir Kakak Eun Sang jika tak suka melihatnya selingkuh.
Eun Sang menutup telepon. Dia terkejut hujan telah turun. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Eun Sang langsung mengambil payung dan membukanya. Sayang, payungnya tidak mau terbuka. Dia memutuskan untuk meneduh di sebuah toko sambil terus mencoba membuka payungnya. Di toko itu tergantung dreamcatcher berwarna ungu dan biru. Selama beberapa saat Eun Sang terpana mengagumi benda itu.
Ketika payung Eun Sang akhirnya terbuka, Eun Sang malah kaget sendiri. Dia tetap menoleh ke ke dalam toko, mengagumi dreamcatcher itu.
part 2
Sebelumnya, sinopsis "The Heirs" episode 1 part 1
Chan Young senyum-senyum sendiri melihat hujan turun dari balik tirai jendela. Tampaknya dia teringat pada Eun Sang dan payung pinjamannya. Ayah Chan Young pura-pura ngomel. Bukannya Chan Young makan malam dengan Bo Na, malah makan malam bersamanya. Chan Young menemani karena tak ingin ayahnya bosan kesepian apalagi hujan-hujan seperti ini.
“Karenamu, maka kemungkinan malam ini menjadi malam yang menyenangkan ini berubah menjadi malam yang membosankan.”
“Apa Ayah sekarang punya pacar?” Chan Young bertanya penuh selidik.
Ayah Chan Young tanpa sengaja begitu keras memotong wortel. Lalu, dia berkata, “Kau yang sekarang merusak kesempatanku memiliki pacar.”
Demi melihat ayahnya memotong-motong wortel, Chan Young berkomentar jika potongan tersebut terlalu besar. Dengan pandai, Chan Young menjelaskan jika wortel mesti dipotong lebih kecil daripada kentang. Tujuannya, supaya ketika dimasak bisa matang bersamaan. Dengan polos ayah bertanya bagaimana kalau dimasak terpisah? Chan Young mengatakan hal tersebut tidak efisien dengan penjelasan panjang lebar.
Ayah mengangguk mengerti. Lalu, meminta Chan Young supaya menjelaskan hal tersebut dalam bahasa Inggris. Chan Young berusaha dengan keras. Hasilnya nihil, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Merasa tak mampu, dia hanya nyengir kuda dan mengatakan dirinya tidak bisa. Ayah sih maklum, namun tetap ada hukuman untuk Chan Young, yaitu mencuci baju.
Chan Young tahu jika ayahnya telah membeli tiket pesawat hari ini. Ketika ditanya apakah Bo Na dan Eun Sang telah mengetahui mengenai keberangkatannya ke Amerika untuk belajar bahasa. Chan Young cuma mengatakan jika Bo Na telah mengetahuinya. Bahkan, Bo Na telah mempersiapkan untuk ikutan pergi ke Amerika juga. Sementara, Eun Sang belum. Namun, Chan Young berpesan kepada ayah untuk tak memberitahu hal ini pada Eun Sang. Dirinya tak enak hati memberitahunya, karena Eun Sang sendiri sibuk sekali bekerja part time. Sementara, dia pergi keluar negeri belajar bahasa. Lalu, Chan Young bertanya mengenai kabar ibu Eun Sang.
Ayah mengatakan jika ibu Eun Sang baik-baik saja, “Ia berada di pusat dimana kekuasaan Grup Empire bermain dan bisa mengendalikan Nyonya Han.” Chan Young terkejut sekaligus penasaran tentang pernyataan ayahnya, “Benarkah?”
Dan kita akan melihat sosok ibu Eun Sang (Park Hee Nam). Rupanya dia pelayan di rumah pemilik Grup Empire. Nyonya Han memanggil ibu Eun Sang. Sebelum menuju ke tempat Nyonya Han, salah satu temannya mengingatkan jika Nyonya Muda tengah tak enak hati lantaran tidak bisa menghubungi putranya di Amerika. Namun, Nyonya Han melampiaskan kemarahannya tersebut pada makan malam tak enak yang dibuat oleh ibu Eun Sang. “Kau ini tak bisa bicara dan tak dapat merasakan makanan. Memang apa yang bisa kau gunakan dengan mulutmu itu?”
Rupanya ibu Eun Sang bisu. Dia segera mengeluarkan catatannya untuk menulis: Saya akan mempersiapkan makanan lainnya. Nyonya Han merasa tak perlu dan memintanya untuk menyingkirkan semua makanan.
Tiba-tiba seorang pelayan lain datang. Dia memberitahu jika Presiden Direktur sudah tiba. Nyonya Han yang tengah menikmati segelas anggur langsung tersedak dan bangkit. Tampaknya dia takut ketahuan jika sedang minum anggur. “Apa yang harus kulakukan dengan ini?” katanya.
Dia pun meneguk anggur itu cepat-cepat. Pelayan itu melanjutkan perkataannya, “Presdir langsung masuk ke kamarnya.” Sehingga, Nyonya Han memuntahkan kembali anggur yang telah diminumnya.
“Kenapa kau selalu menyimpan informasi penting di saat yang terakhir? Apakah kau memang sengaja melakukannya?” Nyonya Han selalu saja mengomel. Lalu, Ibu Eun Sang mendengar sesuatu, kemudian segera merebut gelas anggur dan menuangkan isinya ke dalam mangkuk sup. Nyonya Han terkejut demi melihat kekurangajaran ibu Eun Sang.
Tapi ibu Eun Sang tak menggubris hal tersebut. Dia tetap mengelap bibir Nyonya Han dan cepat-cepat menyembunyikan gelas anggur itu ke balik celemeknya.
Sejurus berikutnya, Kim Won (Choi Jin Hyuk) muncul. Nyonya Han segera memasang muka manis untuk menyambut kedatangan putra tirinya. Namun, Kim Won tidak mempedulikan ibu tirinya. Dia datang hanya untuk menyuruh pelayan merapikan kamarnya sekali lagi, dan membawakan air minum untuknya. Setelah itu, dia langsung pergi tanpa melihat ibu tirinya sedikitpun.
Ini membuat Nyonya Han naik pitam dan meminta Ibu Eun Sang mengambil sebotol anggur lagi dan membawakannya ke dalam kamar. Ibu Eun Sang mengingatkan supaya Nyonya Han lebih baik makan dulu.
Nyonya Han berkata dramatis dan penuh harga diri, “Kalau aku bisa makan setelah diperlakukan seperti ini, maka hal itu akan membuatku menjadi seorang istri simpanan. Seorang istri yang benar-benar menjadi istri, pasti tak akan mampu menelan sebutir pun nasi jika diperlakukan seperti ini.”
Nyonya Han tersenyum santun dan berjalan dengan anggunnya. Dalam hati Ibu Eun Sang berkata, “Istri simpanan tetaplah istri simpanan, tak peduli kau mau makan atau tidak. Dan istri simpanan yang mau makan itu lebih baik daripada istri simpanan yang suka minum-minum.”
Makanan yang tidak dimakan Nyonya Han pun dibawa pulang oleh ibu Eun Sang. Melihat makanan sebanyak itu, namun Eun Sang tak terlihat gembira. Dengan bahasa isyarat, ibunya menjelaskan jika Nyonya Han memberikan makanan ini untuk mereka. Emosi Eun Sang pun meledak, “Jadi kalau mereka melemparkan makanan, kita harus memakannya? Apa aku ini keranjang sampah mereka?”
“Siapa yang peduli kau itu apa?” ibu bertanya dengan bahasa isyarat. “Apa yang lebih penting dari makan? Apa kau pikir dengan penghasilan kita, kita dapat makan makanan seperti ini?”
“Apakah ini salahku kalau kita tak mampu makan makanan seperti ini?” mata Eun Sang mulai berkaca-kaca, “Ibu makan saja sendiri.”
Eun Sang masuk ke dalam kamarnya. Sambil membuka-buka buku, dia pun menggerutu, “Menyebalkan. Ia bisa hidup enak di sana sendirian,” Kekesalan hatinya pun bertambah saat Eun Sang melirik foto kakaknya. Ketika ibu masuk ke dalam kamarnya, dia berbalik memunggungi pintu, “Sudah kubilang aku tak mau makan.”
Ibu duduk. Tapi, Eun Sang masih tetap memunggunginya. Ibu memukul bahu Eun Sang dengan keras sampai-sampai Eun Sang menjerit kesakitan. Aku takkan membawa makanan mereka ke rumah lagi. Jam berapa kau akan pergi kerja besok? Aku mesti ke bank.
Mata Eun Sang pun terbelalak mengetahui ibunya mau mengirim semua uang yang dimilikinya sebesar 8,3 juta won yang tersimpan di rekening ibunya untuk kakaknya, yang katanya, bakal melangsung pernikahan di Amerika.
Rupanya pernikahan tidak cuma akan terjadi di keluarga Eun Sang. Rachel Yoo (Kim Ji Won) terkejut begitu mendengar pernyataan bahwa ibunya hendak menikah lagi. Soalnya, perceraian dengan ayahnya belum lama kejadiannya. Apa ayah telah mendengar mengenai kabar ini? Ibu merasa tidak ada gunanya memberitahu eks suaminya. Berita tentang pernikahannya tak lama lagi akan jadi makanan media.
Ibu Rachel meminta putrinya supaya berganti baju dan mengenakan sepatu tanpa hak. Karena, mereka akan makan siang dengan calon suami ibu, yang tidak begitu tinggi. Rachel pun bertanya dengan sindiran yang sinis. “Siapa dia? Siapa orang yang pendek dan cukup terkenal sehingga ia terkenal di media?”
Eun Sang pun bertanya mengenai calon suami kakaknya ketika Eun Sang dan ibu berangkat kerja. Rasa penasaran menyelimuti hati Eun Sang. Apakah calon suami kakaknya itu orang bule atau orang Korea? Apakah kakaknya bakal mengundang dia dan ibunya ke pesta pernikahan?
Ibu menjawab dengan bahasa isyaratnya. Namun, Eun Sang segera celingak-celinguk kiri kanan, kemudian berkata dengan lebih pelan. “Aku sudah minta ibu untuk menulis SMS saja jika kita sedang di luar.” Ibu pun melakukan apa yang diminta Eun Sang dan menuliskan kalimat, “Kakakmu cukup dewasa dengan bisa sekolah ke luar negeri. Jadi ia pasti bisa membuat keputusan yang tepat. Jika kita datang, kita akan malah menjadi noda di sana.”
Eun Sang jengkel dengan pemikiran ibunya yang katrok seperti itu. Hampir saja ia mengeluarkan kalimat yang akan disesalinya, untung dia cukup bisa menahan diri. Akhirnya, dia berkata jika dia akan ke Amerika dan memberikan uang itu langsung kepada kakaknya.
Apabila Eun Sang masih bertanya-tanya mengenai siapa calon kakak iparnya, berbeda dengan Rachel yang sudah tahu pasti siapa calon ayah tirinya. Dia adalah ayah Young Do. Dengan muka pas-pas dan tinggi badan seperti itu, sudah bisa dipastikan jika Young Do mirip dengan ibu kandungnya.
Rachel dan Young Do hanya terdiam mendengarkan bincang-bincang calon laki bini itu. Walaupun jadi obat nyamuk beruntung mereka bisa menahan diri untuk tak mencemoohnya. Percakapan mereka begitu sopan dan berbunga-bunga.
Pada akhirnya, ibu Rachel Yoo memperkenalkan putrinya. Dia mengatakan jika Young Do lahir lebih dulu dari Rachel, dengan demikian Young Do akan menjadi kakak Rachel. Young Do pun memperkenalkan diri dengan, “Hey, sister…” Rachel mengernyit mendengar panggilan Young Do padanya.
Ibu Rachel mengabaikan ketidaksopanan Young Do dan mengatakan harapannya agar Young Do sebagai kakak dapat menjaga Rachel. Young Do tersenyum dan menjawab, “Tentu saja. Ia adalah tipeku.”
Semua orang kaget dengan jawaban Young Do. Young Do berdiri dan berkata bahwa dia akan pergi. Tapi ayahnya memintanya duduk kembali. Ketika Young Do tidak menurut, ayah Young Do langsung berdiri dan menamparnya.
Rachel dan ibunya kaget melihat perlakukan ayah Young Do. Pun begitu Young Do tetap meninggalkan ruangan. Ayah Young Do meminta maaf atas ketidaksopanan putranya. Rachel tidak terima permintaan maaf dari ayah Young Do. Dia akan membuat Young Do meminta maaf padanya.
Seperginya Rachel, ayah Young Do berkata, “Kepribadian Rachel mirip denganmu.” Ibu Rachel pun segera menjawabnya, “Dan kepribadian anakmu mirip dengan mantan istrimu.”
Mendengar nama mantan istrinya disebut-sebut membuat ayah Young Do naik pitam. Tapi, ibu Rachel terlihat tidak takut melihat sifat calon suaminya yang pemarah itu. Dia justru bertanya santai, apakah mantan istrinya itu cantik? Pertanyaan itu menyurutkan amarah calon lakinya.
Rachel memanggil Young Do dan menyapanya, “Hey, brother...” Young Do berniat mengabaikan Rachel, namun tidak jadi lantaran Rachel bertanya paranya, “Kau tahu kan kalau aku bertunangan dengan Kim Tan? Jika kita menjadi saudara… apakah itu menjadikanmu dan Tan sebagai… saudara ipar?”
Tampaknya hubungan antara Kim Tan dan Young Do tidak berjalan begitu baik. Rachel tahu pasti itu. Rachel mengatakan jika bukan cuma Young Do saja yang tidak mau kedua orang tuanya menikah lagi. Dia juga sama tidak sukanya. Namun, di benak Rachel pernikahan ini membuat Young Do lebih tidak suka karena ada Tan.
Jawaban Young Do justru mengejutkan Rachel jika dia tidak membenci pernikahan ini. Bagi orang-orang kaya menikah berarti merger dan akuisisi terselubung. Jika kedua orang tua mereka jadi menikah, akan bisa dilihat perusahaan siapa yang akan mengakuisisi perusahaan siapa.
Young pun menambahkan, “Jadi jika kau ingin menghalangi pernikahan mereka, silahkan. Jangan sampai namamu dari Rachel Yoo menjadi Rachel Choi.” Lantas, Young Do pergi begitu saja meninggalkan Rachel yang telah bungkam seribu bahasa. Sepertinya dia terkena syok mendengar kata-kata Young Do yang menghujam kalbu.
Eun Sang tengah sibuk di sebuah dapur. Ini adalah pekerjaan part time Eun Sang lainnya sebagai pencuci piring. Piring yang harus dibersihkan pun bukan hanya satu dua, melainkan banyak. Di tengah kelelahannya bekerja, seorang teman sekerjanya membuat Eun Sang naik pitam begitu diletakkan baki berisi penuh piring kotor dan hampir jatuh ke bak cuci piring yang tengah dikerjakannya.
Untung Eun Sang orang yang pintar menahan sabar. Tapi, emosi dan rasa frustasi tidak hilang begitu saja. Ketika bosnya memberikan upah dan bertanya mengenai rencana liburannya. Dia mengatakan jika dirinya akan mengunjungi sang kakak yang merencanakan menikah di Amerika. Namun, ia tak ingin kembali ke Korea.
“Kakak menikah di sana berarti ia tak berniat untuk kembali. Dan jika ia tak kembali, itu berarti aku akan terus mencuci piring selamanya dan akan tinggal bersama dengan ibuku. Sepertinya hidupku sudah terprogram dari awal dan itu membuatku sangat marah. Aku sudah menginginkan hal ini sejak aku berusia 8 tahun.”
Eun Sang pergi ke bank untuk menukarkan semua uang simpanannya dan uang ibunya. Di rumah, dia menyiapkan catatan yang biasa digunakan notes yang akan digunakan ibunya untuk berkomunikasi. Ia menemui ibu yang sedang membereskan lemari es dan berkata pelan kalau ia sudah menukar semua uang tabungan ibu menjadi dolar.
“Jangan khawatir. Aku akan memberikan uang ini langsung padanya dan akan kembali. Kupikir akan lebih baik jika ada salah satu keluarga yang menghadiri pernikahannya. ”
Ragu-ragu sebetulnya ibu, tapi diam saja dan tetap membersihkan lemari es. Eun Sang mengatakan pada ibu jika dirinya sedan membuat paspor yang akan jadi tiga hari lagi. Ibu hanya kembali mengangguk dan mengeluarkan baki untuk kacang kedelai.
Eun Sang memasukkan notes yang telah disiapkannya ke dalam lemari, lalu dia membaca notes yang sudah dipakai ibunya. Dia mengambil satu dan membuka tiap halamannya satu per satu.
Nyonya besar datang berkunjung tadi.
Maafkan saya, Nyonya.
Apa yang Anda inginkan untuk makan malam, Nyonya?
Jangan marah pada saya, Nyonya.
Eun Sang menoleh ke ibu yang tengah suntuk memilih kacang kedelai pilihan
Saya tak tahu bahasa Inggris dengan baik. Saya akan mengingat secepat mungkin, Nyonya.
Air mata Eun Sang langsung menetes begitu dia membaca notes berikutnya.
Cuci kering dalam bahasa Inggris.
DRY CLEANING ONLY. DRY CLEANING ONLY. DRY CLEANING ONLY.
Eun Sang menangis tanpa suara ketika dia membuka halaman notes ibunya dan menemukan tulisan yang sama DRY CLEANING ONLY. Dia segera mengambil notes kosong yang tadi dia siapkan dan menuliskan di sana:
Maafkan aku ibu. Aku berjanji aku akan menjadi sukses dan akan kembali untuk menjemputmu. Tunggulah sebentar lagi.
part 3
Lanjutan Sinopsis "The Heirs" Episode 1 Part 2
Seperti halnya Eun Sang yang tengah mengemasi barang-barangnya, demikian juga dengan Rachel. Namun, barang bawaan Rachel tampaknya lebih banyak dan lebi heboh.
Melihat hal tersebut, ibu Rachel tak suka. Dia sebetulnya tak menginginkan anaknya pergi untuk waktu yang cukup lama. Mengapa tak sebaliknya, mengundang Tan ke Korea? Mendengar pertanyaan jebakan itu, Rachel cukup sinis. Ya, Rachel tahu ibunya bisa mengundang Tan untuk menghadiri pernikahannya. Ibu Rachel memahami kondisinya, jika putrinya ini tak menyetujui pernikahannya, namun dia tetap akan menikah dengan pria yang dipilihnya. “Kalau kau memang begitu, kau bisa mencoret namamu di daftar warisan,” katanya mengancam.
Rachel tak menyukai jika ibunya selalu memakai ancaman yang itu-itu saja sedari dulu. Tenang ibunya menjawab jika ancaman tersebut selalu efektif ketika digunakan. Rachel mempertanyakan alasan ibunya ingin menikahi pria tersebut. “Ibu pasti sudah mendengar gosip. Dan tadi kita juga melihat ia melakukan kekerasan fisik. Atau, ibu benar-benar sudah jatuh cinta?”
“Yoo Rachel!” ibu berteriak dengan kesal. Namun, Rachel segera membalas, “Apakah ibu tak ingat saat ayah memanggilku seperti itu? Atau ibu ingin mengubah namaku menjadi Choi Rachel?”
Ibu Rachel menghela napas untuk menahan diri. “Kau punya tunangan yang bisa kau gunakan sebagai tempat pelarian, jadi kurasa hidupmu tak terlalu sulit. Sampaikan salamku padanya.”
Ibunya pun pergi. Meski begitu, Rachel mendongkol. Dia pun menghubungi Tan.
Scene berikutnya, kita akan berpindah ke mansion Tan yang lengkap fasilitasnya, dan mendengarkan suara Tan. “Saat aku ditendang ke California untuk pertama kalinya, yang terpikir di benakku adalah ‘setidaknya aku bisa makan kacang sepuas-puasnya’. Dan mulanya aku berpikir untuk menjadi pemberontak saja seperti anak haram pada umumnya. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk bersenang-senang seperti saran kakak. Walaupun jadinya, selalu ada polisi yang sekarang mengawasiku. Dan aku menjadi pusat perhatian di sekolah. Aku juga membuat ibuku di Seoul menangis setiap hari.”
Jay muncul di hadapan Tan dengan gaya plegak-pleguk, kemudian melemparkan hp Tan yang terus-menerus berdering. Tan menangkapnya. Setelah melihat siapa yang meneleponnya, Rachel, dia meletakkan hpnya begitu saja. Tan mengatakan jika sebentar lagi adalah setahun pertunangannya. Telepon dari Rachel itu punya tiga maksud, pertama Rachel sedang naik pesawat, sedang di pesawat, atau sudah turun dari pesawat.
Jay mengatakan tentang sifat pesimis Tan. “Kelihatannya kau seperti merasa hal itu bukanlah suatu hal yang menarik?” Tan nyengir mirip kuda dan mengenakan topinya dengan penuh gaya, “Tidak, aku yang selalu kelihatan menarik.” Jay tambah lebar ketawanya mendengar celoteh Tan. Tan mengajak Jay ke pantai. Soalnya, Tan malas betul merayakan anniversary setahun pertunangannya. (Anda sedang membaca sinopsis "Heirs" episode 1 part 3)
Eun Sang sampai di bandara LA. Air mukanya kelihatan gugup. Di tengah-tengah negeri yang asing baginya membuatnya selalu mengingatkan diri sendiri jika dia adalah rangking 15 besar di sekolahnya. Eun Sang mengucapkan Can I get a city map? – Where is the subway station berulang-ulang dari selembar kertas yang dipegangnya. Seolah-olah itu adalah penyelamat hidupnya.
Di luar bandara, Eun Sang melihat seorang gadis tengah menelepon dengan bahasa Korea. Mendengar hal tersebut, Eun Sang segera menangkap apa yang dibicarakan gadis itu. Kemudian, dia memperhatikan gadis itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Modis habis!
Gadis tersebut mengatakan di teleponnya jika dirinya sudah sampai di Amerika Serika. Sementara, Tan telah ada di sisinya tengah memasukkan barang-barang ke dalam mobil. “Dia semakin keren dan lebih tinggi. Kulitnya juga makin cokelat karena matahari California.”
Eun Sang kemudian melihat seseorang yang memasukkan barang-barang gadis itu ke dalam mobil. Setelah memperhatikan dengan seksama, Eun Sang tahu jika gadis itu tengah berbohong. Tanpa sengaja gadis itu, Rachel, melihat ke arah Eun Sang. Dia berkata sambil mengawasinya, “Kata Tan, aku juga semakin cantik.”
Eun Sang geli sendiri mendengar kebohongan yang diucapkan gadis itu. Rachel pun makn yakin jika pembicaraannya tengah dikuping. Dia menutup telepon dan memanggil Eun Sang. “Apa kau tadi menertawakanku?”
Eun Sang belagak bloon. Dia mengucapkan kalimat dalam bahasa Jepang. “Annoo… maaf, saya ini orang Jepang.”
Ternyata Rachel yang juga paham bahasa Jepang makin menjawab sinis dengan fasih, “Jika kau orang Jepang, maka kau tadi seharusnya tak menguping saat aku berbicara dengan bahasa Korea.”
Eun Sang pun meminta maaf. Dia berkata jika tadi bukannya menertawakan Rachel, namun tertawa karena dia merasa senasib dengan Rachel. “Tak hanya aku yang merasa tak disambut di sini. Seperti itulah..”
Setelah menerangkan hal tersebut, Eun Sang buru-buru pergi tanpa menghiraukan reaksi Rachel.
Hal pertama yang dilakukan Eun Sang di Amerika adalah mengunjungi pantai. Ketika melihat begitu banyak bule di sana, dia bergumam, “Jadi aku benar-benar ada di sini..” Saat dirinya menatap cewek-cewek berb*kini, Eun Sang mengintip balik kaosnya dan kembali bergumam, “Apa karena makanan yang aku makan berbeda, ya?”
Sesaat sebelum meninggalkan pantai, Eun Sang melihat sekilas Tan yang selesai surfing. Dia berpikir jika banyak sekali orang-orang beruntung yang bisa hidup enak.
Sementara, Tan pun sempat melihat sosok Eun Sang. Jay kemudian mengajak Tan pergi ke pesta temannya. Namun, ajakan itu ditolak oleh Tan.
Akhirnya, sampai juga Eun Sang di alamat tempat tinggal kakaknya. Namun, melihat kondisi rumah yang acak-acakan, Eun Sang sempat meragu. Ketika mendengar suara perempuan dari dalam, Eun Sang mengira suara itu adalah suara kakaknya. Namun, dia kaget ketika melihat wanita tak dikenalnya membuka pintu dan secara terburu-buru mengancingkan roknya.
Karena terkejut, Eun Sang bertanya dalam bahasa Korea, apa benar ini rumah Cha Eun Suk? Perempuan yang tidak memahami perkatan Eun Sang segera berteriak memanggil pria di dalam rumah. “Chris!” Dari dalam keluarlah pacar Eun Suk.
Sewaktu seorang pria keluar sambil telanjang dada, Eun Sang membuka muka. Dia membolak-balik catatannya untuk bertanya kepada pria itu dalam bahasa Inggris. Namun, pria itu lebih dulu mengenalinya dan menyapanya, “Eun Sang?”
Tak pernah sama sekali terlintas dalam benak Eun Sang, jika rumah kakaknya sedemikian kotor dan jorok. Di ruang sebelah, selingkuhan Chris sedang marah-marah. Dia menduga Eun Sang adalah pacar Chris yang lainnya lagi. “Apa kau sekarang suka dengan anak-anak?” Setelah berkata seperti itu, wanita itu pergi.
Tanpa ekspresi yang emosional, Chris menatap selingkuhannya pergi. Kemudian, dia menghampiri Eun Sang yang segera bertanya padanya apakah Chris suami kakaknya? Chris tertawa mendengar pertanyaan yang dinilainya konyol itu. Dia menerangkan jika dirinya bukanlah suami Stella (nama Amerika Eun Suk) dan Stella tak kuliah.
Eun Sang pun segera naik pitam. Kemarahannya sudah di ubun-ubun sampai-sampai dia membentak Chris. “Dimana gadis jahat itu sekarang?!!”
Tan sibuk menulisi bukunya, ketika Eun Suk menghampirinya. Seraya menuangkan kopi untuk Tan, Eun Suk menanyakan apa yang tengah dilakukan Tan. Tan menjawab pendek, “Aku sedang mengerjakan tugas kampus.” Eun Suk melirik buku yang dicorat-coret Tan, kemudian mengatakan jika Tan tak seperti tengah mengerjakan tugas.
Namun, Tan berkilah dengan mengatakan jika itulah cara dia mengerjakan tugas. “Ini adalah cara pemberontakanku.” Eun Suk diliputi rasa penasaran. Pemberontakan pada siapa? Dosen? Pertanyaan tersebut tak dihiraukan Tan dan dia berterima kasih atas kopinya. Eun Suk paham jika inilah waktu baginya untuk diam. Maka, dia pun tersenyum untuk segera pergi.
Tan kembali mengisi bukunya. Disitu tertulis, saat aku menulis, aku menulis apa yang sedang kupikirkan. Sesuatu yang dilarang oleh kakakku.
Kakak yang memenuhi pikiran Tan, saat ini sedang sibuk memimpin rapat direksi. Wajahnya terlihat marah ketika mendengar laporan penjualan di mall premium yang sudah didirikan ternyata tidak memenuhi target penjualan.
Seorang manajer memberi usulan jika mereka perlu meningkatkan belanja iklan. Kim Won mengomentari, “Berarti harus keluar uang lagi?” Atau memperluas target konsumen, dari orang-orang kaya menjadi keluarga. Kim Won langsung berkata menusuk, “Kalau begitu sejak semula aku akan membangun taman bermain, bukannya mall premium.”
Kim Won bertanya jika siapa lagi yang sudah menerima laporan ini? Faktanya, laporan pertengahan tahun ini sudah ada di tangan para manajer sejak seminggu sebelumnya. Ayah Chan Young yang sejak tadi mengikuti rapat yang membosankan ini langsung berkata, “Presdir Kim sudah tahu.”
Jawaban itu makin membuat Won geram dan bertanya, “Jadi Presdir Kim sudah tahu betapa tak becusnya aku selama seminggu ini walaupun dia ada di rumah? Sedangkan aku baru mengetahui hal ini hari ini padahal aku setiap pagi pergi ke kantor?”
Ayah Chan Young (selanjutnya disebut Sekretaris Yoon) mengatakan jika sebenarnya Presdir Kim mau menghadiri rapat ini. Won kemudian memandang berkeliling peserta rapat satu per satu. Dia mengatakan jika dirinya merasa ayahnya sudah ada di sekitarnya. “Siapa saja dari kalian yang menjadi mata maupun telinganya?”
Semua orang menghindari tatapan tajam Won. Hanya Sekretaris Yoon yang biasa saja dan mengatakan kepada Won jika Presdir Kim menitip pesan: Untuk menjaga perkebunanmu, kau harus memperlakukan para petani penyewa dengan baik, dan bukannya para pemilik tanah.
part 4
Sebelumnya, baca dulu sinopsis drama Korea “The Heirs” episode 1 part 3
Tan sekarang melihat gadis yang dilihat di pantai tadi tengah berdiri di depannya di luar restoran. Namun gadis tersebut tidak melihatnya melainkan ke belakangny. Lalu, Tan menoleh ke belakang di mana mata gadis itu mengarah ke arah Eun Suk yang terlihat sedang berbicara asyik sekali dengan salah satu pengunjung pria. Bahkan ketika pengunjung tersebut menyelipkan uang tip di balik bajunya, Eun Suk diam saja.
Tan melihat terus gadis itu yang matanya berkaca-kaca, seolah tidak percaya jika Eun Suk senyum-senyum saja digodai oleh para pengunjung pria. Tan bisa menangkap gelagat kesedihan dan kemarahan dalam diri gadis itu.
Eun Suk akhirnya menyambangi meja Tan untuk kembali mengisi cangkir kopi Tan. Dia mencoba mengobrol dengan Tan, namun tak ada sahutan. Tan justru sibuk sendiri dengan penglihatannya. Hal ini membuat Eun Suk merasa penasaran dan kemudian menoleh pada objek yang dilihat Tan. Begitu melihat, Eun Suk terbelalak. Rupanya, Eun Sang adiknya ada di depannya.
Melihat semua itu, Tan cuma diam. Dia melihat Eun Suk kini menghampiri Eun Sang dan menanyakan alasan Eun Sang datang ke Amerika? Apa ibu mereka baik-baik saja? Eun Sang marah gara-gara Eun Suk masih berani menyebut nama ibu mereka, “Berapa banyak kebohongan yang telah kau katakan? Pernikahan? Kau menemukan pria yang baik? Kau kuliah di universitas? Kau benar-benar gila!!”
Eun Suk tidak menggubris pertanyaan Eun Sang. Dia justru berjongkok dan membuka koper Eun Sang. Si empunya koper tak percaya melihat kopernya dibuka oleh kakaknya, untuk kemudian mengobrak-abrik isinya. Eun Suk bertanya apakah Eun Sang membawa uang. Eun Sang merasa saat ini dirinya tengah terkena karma karena berniat tinggal ke Amerika bersama Eun Suk dan meninggalkan ibunya. Sementara itu, Eun Suk masih terus mengobrak-abrik koper namun tak menemukan uang selembar pun. Dia melemparkan barang-barang Eun Sang, termasuk notes ibu.
Eun Sang naik pitam dan mendorong kakaknya. Dia meminta kakaknya berhenti melakukan itu semua. Kemudian, Eun Sang juga mengatakan jika kakaknya adalah harapan terakhir untuk keluar dari dunia yang menyebalkan ini. Selama ini, dia mampu menahan semua tekanan. “Kau tahu kenapa? Karena aku selama ini terus bertahan menghidupi diriku sendiri sampai kau kembali!”
Eun Suk meminta maaf, namun nadanya terdengar datar. Dia meminta Eun Sang memaafkannya. Ketika itu, dia menemukan amplop uang titipan ibu. Eun Sang lantas melarang kakaknya untuk menyentuh amplop tersebut. Namun, Eun Sang tidak ambil pusing. Dia mengatakan kepada Eun Sang untuk kembali saja ke Korea dan dia akan menelepon ibu nanti.
Separuh berteriak separuh menangis, Eun Sang melarang kakaknya pergi dengan uang itu. Apa kakaknya tidak tahu bagaimana ibu membanting tulang demi mengumpulkan uang tersebut? Namun, telinga Eun Suk tertulikan. Dia tak peduli dan tetap berlari.
Eun Sang terus memanggil-manggil nama kakaknya sambil menangis. Dia bingung antara mengejar kakaknya dan harus menjaga barang-barang di kopernya. Eun Sang buru-buru memasukkan semua barang bawaannya seraya terus memanggil-manggil kakaknya, memintanya untuk menunggu. Tan yang tengah memperhatikan kejadian tersebut hanya menatap Eun Sang dengan tatapan kasihan.
Momen tersebut kemudian dirusak oleh kedatangan Jay yang mendadak muncul. Mulutnya yang tidak bisa diam segera mengatakan bahwa mereka harus pergi ke pesta temannya. Tan menyuruh Jay untuk diam. Tapi, entah setan mana yang merasuki Jay, yang melihat arah pandangan Tan, langsung berkata jika gadis tersebut macam malaikat yang jatuh dari langit.
Tiba-tiba momen itu dirusak oleh Jay yang tiba-tiba muncul dan dengan berisik berkata kalau mereka harus segera pergi ke pesta teman mereka. Tan menyuruh Jay diam. Namun entah Jay sedang kerasukan apa, ia melihat arah pandangan Tan dan langsung berkata kalau gadis itu seperti malaikat yang jatuh dari langit.
Jay lalu melihat bungkusan serbuk di koper Eun Sang dan mengatakan jika Tan tidak perlu khawatir. Dia langsung lari menuju Eun Sang dengan girang. Tan sadar jika Jay sudah salah. Dia lari mengejar Jay. Namun, Jay sudah terlebih dulu sampai di hadapan Eun Sang dan langsung merebut serbuk yang ternyata berisi tepung kedelai itu. Eun Sang hanya bengong dan shock melihat seseorang tak dikenal mengambil barangnya begitu saja. Dengan tatapan bego dia berkata, “Apa aku baru saja kecopetan?”
Eun Sang langsung mengejar Jay sampai ke pinggir pantai. Namun, Jay terjatuh gara-gara menabrak net voli pantai. Eun Sang segera merebut kantong tepung kedelai miliknya. Sayangnya, Jay tak melepaskannya begitu saja. Hingga akhirnya keduanya tarik-tarikan kantong tersebut. Alhasil, isi kantong tersebut terburai dan mengenai wajah Jay.
Setelah itu, Jay langsung kelojotan seolah tak bisa bernapas. Tan yang akhirnya berhasil mengejar mereka mencoba untuk menyadarkan Jay yang sudah pingsan. Tan meminta Eun Sang untuk menghubungi 911.
Eun Sang mengatakan jika dirinya tidak membawa ponsel. Lalu, dia terbelalak menyadari bahwa Tan tidak berbicara dengan bahasa Inggris. “Kau orang Korea?” tanya Eun Sang.
“Apa itu penting?” sergah Tan kesal.
Jay dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Dokter yang menanganinya kemudian mengatakan jika Jay pingsan akibat alergi akut yang dideritanya. Tan mengatakan jika Jay memang alergi terhadap kacang. Eun Sang menyambar omongan tersebut dengan mengatakan jika tepung itu adalah tepung kedelai. Tan menoleh ke arah Eun Sang dan mengatakan, “Aku tahu.”
Mendapat jawaban ketus dari Tan, Eun Sang terdiam. Dokter meminta Tan untuk mengisi formulir pendaftaran. Eun Sang kemudian bertanya baik-baik kepada Tan mengenai keadaan Jay, namun Tan justru membentaknya dengan bertanya mengapa juga Eun Sang membawa tepung kedelai seperti itu? Eun Sang heran dengan kemarahan Tan. “Temanmu yang mencurinya dan dia yang pengguna narkoba...” (Anda sedang membaca sinopsis drama “The Heirs” episode 1 part 4)
“Dia hanya mabuk,” bentak Tan, “Jika ia benar-benar pecandu, ia langsung bisa membedakan antara makanan dan narkoba.”
“Jadi kau sekarang menyalahkanku? Di sini aku adalah korban.”
“Di sini aku yang harus menanggung semuanya,” tukas Tan yang segera meninggalkan Eun Sang.
Masalah datang lagi tepat ketika polisi yang menyelidiki bungkusan milik Eun Sang datang. Meski Eun Sang telah meyakinkan kepada polisi dengan bahasa Inggris yang plegak-pleguk jika tepung itu adalah makanan, namun polisi tetap saja tidak percaya. Polisi meminta paspor Eun Sang dan menanyakan di mana Eun Sang tinggal. Sepertinya polisi mencurigai Eun Sang masuk dengan cara ilegal.
Eun Sang yang tidak mampu mencerna semua ucapan polisi tersebut memintanya untuk berkata pelan-pelan. “More slow, please..”
Saat itu, Eun Sang merasa ada tangan yang merangkulnya. “It’s okay, baby. She’s my girlfriend. She’s just here for vacation,” tukas Tan seraya memandangi Eun Sang seromantis mungkin. Tan berusaha menyelamatkan Eun Sang dari penyelidikan lebih lanjut.
Dan kebetulan polisi yang mengurusi hal ini adalah polisi yang sering kerap ditemui Tan. Bukan untuk minum kopi bersama, melainkan untuk mengurus kasus karena Tan sering berbuat onar. Melihat Eun Sang berhubungan dengan Tan, polisi itu malah memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Polisi menyita paspor Eun Sang dan akan memberikannya setelah semua penyelidikan usai.
Eun Sang bertanya pada Tan atas apa yang baru saja terjadi. Namun, Tan membiarkan pertanyaan Eun Sang, dan malah bertanya, “Kenapa kau berbicara denganku menggunakan banmal (bahasa informal)?” Eun Sang beralasan jika tidak ada tingkatan dalam bahasa Inggris. Tan segera berkata dengan kesal, “Tapi kau kan tak berbahasa inggris saat berbicara denganku.”
“Kalau begitu anggap saja kita bicara dalam bahasa Inggris,” tukas Eun Sang tak mau kalah. “Aku juga melihat umur temanmu di status pasien. Umurnya sama denganku. Berarti umurmu juga sama denganku, kan?”
Tan berdehem, dia kalah bicara. Tan bertanya kenapa Eun Sang membuang-buang waktu di sini? Di mana Eun Sang tinggal? “Aku harus tahu kemana aku harus menghubungimu saat polisi meneleponku.”
Eun Sang bingung harus tinggal di mana. Dia mencoba meminjam ponsel Tan untuk menghubungi kakaknya. Tan segera bertanya apa mungkin kakaknya mau menerima teleponnya usai pertengkaran tadi? Eun Sang terkejut, tampaknya dia tak menyangka kejadian tadi dilihat oleh Tan.
Tan pun bertanya lagi, “Kau tak berpikir untuk menelepon agar diijinkan tinggal di rumahnya, kan?”
Eun Sang menunduk. Meski hal itu ada di dalam benaknya, namun dia tak ingin Tan mengetahuinya. “Itu bukan urusanmu. Dan seperti yang tadi kukatakan, semua ini 100% bukan kesalahanku, jadi kau harus mau mengantarkanku.”
Takut Tan menolaknya, Eun Sang segera mengusulkan jika dia akan membayari bensinnya. Tan langsung menembak, “Kau pikir uang dapat menyelesaikan semuanya? Apa kau ini kaya?”
Eun Sang menunduk dan bergumam, “Aku takut kalau kau akan meninggalkanku. Kumohon..”
Tan memandangi Eun Sang. Setelah berdebat cukup lama dengan Eun Sang, Tan tidak menduga mendapat jawaban seperti itu.
Dia pun mengantarkan Eun Sang ke rumah Eun Suk. Eun Sang berkata jika dirinya akan akan menelepon Tan 3 kali sehari, setiap jam 8 pagi, 12 siang, dan 3 sore, “Kau dapat mengangkat telepon jika kau sudah memegang pasporku. Selain itu, kau hanya perlu mengabaikannya.”
Eun Sang segera menarik kopernya. Sementara Tan masih belum berlalu. Dia menunggu Eun Sang masuk ke dalam rumah. Namun, Eun Sang tak segera masuk rumah, karena pintu rumah tidak ada yang membuka meski Eun Sang berulang kali memencet bel dan memanggil nama kakaknya.
Akhirnya, Tan keluar dari mobilnya dan bertanya apakah Eun Sang masih mau menunggu di luar? Apa Eun Sang tidak pernah mendengar jalanan di Amerika ketika malam tiba?
“Jangan menakutiku,” sekarang Eun Sang jadi takut sendiri.
“Apa kau pikir ia akan pulang setelah kabur membawa uangmu?”
Kali ini perkataan Tan ada benarnya. Namun, Eun Sang tetap tak bergerak dari tempatnya. Akhirnya Tan menyerah dan berkata, “Sesukamulah.” Ia masuk ke dalam mobil dan segera pergi.
Eun Sang duduk di tangga teras dalam keadaan bingung karena merasa sendirian di lingkungan yang tidak mengenalinya. Suara sirine polisi menambah keseraman malam. Segerombolan remaja yang melewati rumah Chris melihat Eun Suk duduk. Mereka mencoba menggoda-goda Eun Sang yang segera bersembunyi di balik tembok. Para remaja itu pun berlalu, namun itu saja cukup membuat urat saraf Eun Sang menegang.
Eun Sang memutuskan pergi dari rumah tersebut dan mulai berjalan pergi. Tiba-tiba terdengar suara mobil yang berhenti tepat di belakangnya. Eun Sang menengok dan melihat Tan menatapnya sambil berkata, “Apa kau mau menginap di rumahku?”